A. Biografi
Blumer
Herbert Blumer lahir di St Louis,
Missouri, pada tahun 1900. Ayahnya adalah seorang pekerja kabinet dan ibunya
seorang ibu rumah tangga. Pada 1928 ia menerima gelar doktor dari University of
Chicago, di mana ia datang di bawah pengaruh akademik George Herbert Mead, WI
Thomas, dan Robert Park. Setelah lulus ia menerima posisi mengajar di
Universitas Chicago, di mana ia tetap sebagai profesor sampai 1952. Ia
menghabiskan dua puluh tahun terakhir karir mengajar, 1952-1972, sebagai Ketua
Sosiologi di University of California di Berkeley.
Blumer aktif di sepak bola
profesional selama tujuh tahun, dianggap sangat sebagai penengah dalam
negosiasi tenaga kerja, dan dilaporkan memiliki banyak hubungan dengan anggota
adegan kejahatan terorganisir Chicago. Interaksionisme Simbolik : Perspektif
dan Metode, yang paling berpengaruh dalam tulisan Blumer, diterbitkan pada
tahun 1969 dan dijelaskan prinsip-prinsip utama dari teori sosiologis dan
metodologi.
Karya sebelumnya-Nya termasuk Film
dan Perilaku (1933) dan Film, Kenakalan, dan Kejahatan (1933). Sebuah kumpulan
esai tentang organisasi sosial dan industrialisasi terbentuk dari perspektif
interaksionisme sosial yang diterbitkan secara anumerta pada tahun 1990.
-
Teori Uses and Gratification ( Kegunaan
dan Kepuasan )
Teori
ini pertama kali diperkenalkan oleh Herbert Blumer dan Elihu Katz (1974). Teori
ini mengatakan bahwa pengguna media memainkan peran aktif untuk memilih dan
menggunakan media tersebut. Dengan kata lain, pengguna media adalah pihak yang
aktif dalam proses komunikasi. Pengguna media berusaha mencari sumber media
yang paling baik di dalam usaha memenhi kebutuhannya. Artinya pengguna media
mempunyai pilihan alternative untuk memuaskan kebutuhannya.
Elemen
dasar yang mendasari pendekatan teori ini (Karl dalam Bungin, 2007): (1)
Kebutuhan dasar tertentu, dalam interaksinya dengan (2) berbagai kombinasi
antara intra dan ekstra individu, dan juga dengan (3) struktur masyarakat,
termasuk struktur media, menghasilkan (4) berbagai percampuran personal
individu, dan (5) persepsi mengenai solusi bagi persoalan tersebut, yang
menghasilkan (6) berbagai motif untuk mencari pemenuhan atau penyelesaian
persoalan, yang menghasikan (7) perbedaan pola konsumsi media dan ( perbedaan
pola perilaku lainnya, yang menyebabkan (9) perbedaan pola konsumsi, yang dapat
memengaruhi (10) kombinasi karakteristik intra dan ekstra individu, sekaligus
akan memengaruhi pula (11) struktur media dan berbagai struktur politik,
kultural, dan ekonomi dalam masyarakat.
C. Karya
Tulisnya
George Herbert Mead (1934) dan Herbert
Blumer (1969) adalah tokoh yang mengembangkan Komunikasi dalam Perspektif
Interaksional. Karya buku mereka berjudul : ‘Mind,
Self, and Society’.
Mereka sangat mengagumi kemampuan yang dimiliki
makhluk yang bernama manusia, dalam menggunakan simbol-simbol untuk menciptakan
dunia. Mereka mengatakan bahwa manusia itu
hekekatnya bertindak berdasarkan makna simbolik, bukan stimulus
respon.
2. Noam Chomsky
A. Biografi
Chomsky
Avram
Noam Chomsky (lahir di Philadelphia, Pennsylvania, Amerika Serikat, 7 Desember
1928; umur 82 tahun) adalah seorang profesor linguistik dari Institut Teknologi
Massachusetts. Salah satu reputasi Chomsky di bidang linguistik terpahat lewat
teorinya tentang tata bahasa generatif.
Kepakarannya
di bidang linguistik ini mengantarkannya merambah ke studi politik. Chomsky
telah menulis lebih dari 30 buku politik, dengan beragam tema. Dan sejak 1965
hingga kini, dia menjelma menjadi salah satu tokoh intelektual yang paling
kritis terhadap kebijakan luar negeri Amerika Serikat. Buku-buku bertema
politiknya kerap dianggap terlalu radikal untuk diresensi atau ditampilkan
media AS.
Selama
lima dasawarsa ini, Chomsky telah menjalin kontrak secara langsung dengan lebih
dari 60 penerbit di seluruh dunia dan sudah menulis lebih dari 30 buku bertema
politik. Dan baris-baris kalimat dalam tulisannya muncul di lebih dari 100
buku, mulai dari karya ilmiah tentang linguistik, politik, hingga kumpulan
kuliah, wawancara dan esai.
Noam
Chomsky yang kemudian sering disebut Chomsky dikenal sebagai tokoh intelektual
yang berani "melawan arus" mapan (atau istilah populernya sebagai
antikemapanan), baik terhadap kalangan kolega yang disebut-sebutnya sebagai
"pembebek garis resmi kebijakan Amerika Serikat" ataupun para elit
pemerintahan di Amerika Serikat. Tulisan dan artikelnya serta pendapatnya yang
sering menyentakkan publik dan elit pemerintahan Amerika Serikat terutama dalam
perspektif dia yagn berbeda seputar peran Amerika Serikat di berbagai tempat di
dunia mulai dari Nikaragua, Amerika Tengah, Vietnam hingga Timur Tengah.
Pendapatnya
yang sering berbeda dengan opini umum dan memberikan perfektif dan arti baru
berbagai istilah dan peristiwa, mengundang serangan dari kalangan tertentu, dan
pemahaman baru terhadap hal-hal yang tak terbayangkan sebelumnya pada kalangan
lainnya. Semua gagasannya yang mengundang kalangan penentang dan pendukung
selalu ditampilkan secara berbobot (powerfull).
Masalah
antara jarak dan realitas dan pemaknaan media besar dalam berbagai kasus
seperti "Perang Dingin", Tatanan Dunia Baru,Demokrasi dan lainnya
merupakan objek utama Chomsky. Motivasinya adalah rasa ingin tahu yang besar.
Ia selalu terjud dalam berbagai opini yang selalu bertentangan dan berbeda,
lalu mencari makna sebenarnya dalam gagasan yang saling bertentangan dan
berbeda dan bahkan saling bertabrakan itu. Menurut guru besar linguistik MIT
ini, pandangan monolitik media-media besar yang tampil secara konsisten harus
dicurigai sebagai upaya untuk mempertahankan status quo yang ada.
Yang
mula-mula menjadi inspirasi terbesar ke lapangan ini adalah George Orwell yang
karya-karyanya sudah memukau Chomsky semenjak remaja. Novel "Animal Farm,
1984", esai semacam "Language in the Service of Propaganda" atau
"Homage to Catalonia", merupakan sedikit dari deretan karya Orwell
yang memengaruhi Chomsky. Chomsky bahkan gemar membandingkan dirinya dengan
novelis itu. Untuk mencari kebenaran sejati, Orwell berkelana dari satu tempat
ke tempat lain untuk memperoleh informasi dari tangan pertama. Sedangkan
Chomsky mengeksplorasi kebenaran itu dari buku dan khasanah teks yang ia baca.
Ditambah kegemaran masa kecilnya, membaca seri ensiklopedi Compton.
B. Teori
Chomsky
Teori Generatif Transformasi dan
Pemerolehan Bahasa
Teorinya terkenal dengan nama, tata
bahasa transformasional genertif (Transformational Generatif Grammar) atau
tata bahasa generative. Transformasi adalah memberikan beberapa tanda yang
memungkinkan penutur dan pendengar memahami suatu kalimat. Sedangkan
Generatif mengandung 2 (dua) makna, yaitu :
1.
Produktivitas da kreativitas. Bahasa adalah sesuatu yang dihasilkan penutur
tanpa terikat oleh berbagai unsure bahasa itu sendiri.
2.
Keformalan dan dan eksplisit. Dari sudut pandang ini dapat dikatakan bahasa
dikombinasikan atas unsure dasar berupa (Fonem, morfem, dan lain sebagainya)
Adapun Gramatika mempunyai
pengertian keseluruhan kaidah yang ada pada jiwa pemakai bahasa yang mengatur
serta berfungsi untuk melayani pemakai bahasa. Berdasarkan pengertian tersebut
diatas teori Generatif Grammar mempunyai beberapa tipe dan yang terpenting
adalah tranformasi.
Chomsky mendasarkan teorinya
ini atas dasar asumsi bahwa bahasa menjadi bagian dari komponen manusia dan
produk khas akal manusia. Karena unsur yang membedakan manusia dengan hewan
adalah kecerdasan dan kemampuannya berfikir. Bagi Chomsky (1968) tata bahasa
merupakan system kaidah yang menghubungkan bunyi dan arti. Dan tata bahasa itu
harus memenuhi dua syarat , yakni :
1.
Kalimat yang muncul harus berfungsi dalam ujaran, sebagai kalimat yang wajar
dan tidak dibuat-buat
2.
Tata bahasa tersebut harus bersifat umum dan tidak berdasarkan pada gejala
bahasa tertentu.
Baginya kemampuan berbahasa pada
manusia bukanlah produk (setting) alam, melainkan merupakan potensi bawaan
manusia sejak lahir. Teori ini, ia kemukakan sebagai hasil dari penelitian yang
ia lakukan pada perkembangan berbahasa seorang anak dalam hal pemerolehan
bahasa berdasarkan teori hipoteseis atau teori kodrati. Melalui
pendekatan nativis Chomsky mengemukakan bahwa adanya ciri-ciri bawaan
bahasa untuk menjelaskan pemerolehan bahasa asli pada anak dalam tempo begitu
singkat sekalipun ada sifat amat abstrak dalam kaidah-kaidah bahasa tersebut.
Seorang anak dapat menguasai bahasa
ibunya dengan mudah dan cepat, bahkan pengetahuan itu juga diikuti oleh sense
of language dari bahasa itu, yang lebih mengarah pada keterampilan dalam tata
bahasa. Mereka dapat mengenal bahasa itu sehingga mampu merangkai kalimat
dengan tepat, meski mereka tak mungkin bisa menjelaskannya.
Hal itu, ia yakini sebagai kemampuan
naluriah yang diberikan oleh Tuhan kepada manusia. Suatu hal yang mustahil bila
kemampuan itu dianggap sebagai hasil pembelajaran, dari alam atau kedua orang
tuanya. Penguasaan terhadap tata bahasa sebuah bahasa bukanlah hal yang mudah,
terlebih untuk tingkat kanak-kanak.
Menurut Chomsky, focus teori bahasa
adalah upaya menandai kemampuan abstrak yang dimiliki pembicara,
memungkinkan pembicara menggunakan kalimat-kalimat yang secara gramatikal benar
dalam suatu bahasa.
Kaidah-kaidah yang sangat Chomsky
perhatikan ini mencakup atas ashwat (fonetik, fonologi), shorof
(morfologi), nahwu (sintaksis) dan ma’ani (makna-makna). Tetapi,
Chomsky lebih focus pada aspek amaliyah atau praktik dari kaidah sintaksis
dan morfologi secara khusus. Mengapa ? karena menurutnya aspek amaliahlah
yang asli dan pokok berupa kalimat yang menjadi pokok untuk membentuk bahasa
dan analisa bahasa, kemudian kepadanya kaidah-kaidah fonetik dan makna-makna
itu didasarkan.
Teori Generatif-Transformasi yang diletakan oleh
Chomsky adalah teori modern paling menonjol
yang mencerminkan kemampuan akal,
membicarakan masalah kebahasaan dan
pemerolehannya, serta hubungannya dengan akal dan pengetahuan manusia. Bahwa
manusia lahir dengan kapasitas genetic juga mempengaruhi kemampuan kita
memahami bahasa di sekitar kita, yang hasilnya adalah sebuah kontruksi system
bahasa yang tertanam dalam diri kita. Menurut Chomsky, pengetahuan bawaan ini
diumpakan dengan “kotak hitam kecil” di otak, sebagai sebuah perangkat
pemerolehan bahasa atau language acquisition device (LAD). McNeill (1966)
memaparkan LAD meliputi empat perlengkapan linguistic bawaan :
1.
Kemampuan membedakan bunyi wicara dari bunyi-bunyi lain di lingkungan sekitar
2.
Kemampuan menata data linguistic ke dalam berbagai kelas yang bis
adisempurnakan kemudian
3.
Pegetahuan bahwa hanya jenis system linguistic yang mungkin sedang yang lainnya
tidak
4.
Kemampuan untuk terus mengevaluasi mengevaluasi system linguistic yang
berkembang untuk membangun kemungkinan system paling sederhana berdasarkan
masukan linguistic yang ada
Walaupun harus diakui bahwa LAD
secara harfiah bukanlah segugus sel otak yang bisa ditunjuk dan ditentukan
letaknya dan ditentukan letaknya. Namun demikian, para Chomskyan berpendapat
bahwa gagasan tentang bakat linguistic bawaan sepenuhnya cocok dengan teori
generative; anak-anak diyakini memanfaatkan kemampuan bawaan untuk menghasilkan
sejumlah ujaran yang kemungkinannya tak terbatas.
Untuk melanjutkan penyelidikan tentang hal ini,
maka kaum nativis melakukan sebuah penelitian yang kemudian dikenal sebagai tata
bahasa universal (universal grammar). Hal ini berkaitan erat dengan masalah
logika bahasa (input bahasa) dan kemampuan berbahasa, dalam pandangan Chomsky
dan para pendukungnya, terkandung istilah yang dinamakan “kaidah-kaidah
alami universal” (the innate universal
grammar)”. Kaidah alami-universal
ini merupakan kemampuan akal yang tertata yang dengannnya manusia bisa
mengetahui kaidah-kaidah bahasa tanpa mempelajari kaidah-kaidah ini dalam
bentuk teori tradisional.
Pada umumnya, semua bahasa memiliki kesamaan
kaidah-kaidah dan system yang bersifat universal dan tidak ada kekhususan bagi
bahasa tertentu yang terdapat pada anak, meskipun berbeda bahasa dan
pendidikannya. Artinya, kaidah ini mengandung system yang permanen yang ada
dalam akal manusia. Karena itu, pemerolehan kaidah-kaidah ini merupakan kemampuan
kodrati yang dimiliki semua orang yang normal, apapun bahasa ibunya, atau
apapun budan dan tingkat pendidikannya.
2. Struktur Dalam
dan Struktur luar
Wilhem Von Humboldt berpendapat
bahwa bahasa adalah bunyi (Lutform), dan pikiran (idennform/innereform). Atau
dengan kata lain bunyi bahasa merupakan bentuk luar, sedangkan pikiran adalah
bahasa yang kita rasakan (bathin) bentuk dalam.
Dalam teorinya ini, Chomsky sangat
menaruh perhatian besar pada kaidah yang diistilahkan oleh dengan “system
yang dalam akal penutur bahasa yang berbentuk bathin,, yang diperolehnya semasa
kecil”
Analisa bahasa khususnya sintaksis
disamping tataran yang lebih konkrit berupa bentuk-bentuk sintaksis atau
srtruktur atas (surface structur), terdapat juga tataran yang lebih abstrak
yaitu struktur bawah (deep structur). Struktur bawah inilah yang menjadi
landasan utama dalam pembahasan teori Generatif Transformasi.
Struktur dalam, kadang juga disebut
struktur bathin-kalimat didefinisikan sebagai “konsep pengetahuan tersembunyi
yang dimiliki oleh penutur bahasa yang dengannya ia bisa mengetahui kaidah
bahasanya” atau dengan ungkapan lain adalah untuk mengatur struktur kalimat dan
menentukan semua factor untuk memahami kalimat dan maknanya; karena hubungan
nurani antara bagian-bagian kalimat dalam tataran ini, jelas, dan dapat ia
mengerti”.
Adapun-struktur-luar-bahasa
adalah
fase akhir dari proses pembentukan kaidah dalam membuat kalimat setelah
mengaplikasikan kaidah-kaidah transformasi tertentu atas struktur
dalamnya. Ia
adalah bentuk lahiriah bunyi yang diucapkan dan didengar atau dibaca.
Atas dasar ini, ilmu Nahwu (sintaksis), bukanlah studi kumpulan
contoh-contoh kalimat dalam suatu bahasa, tetapi ia hanyalah sebuah
system yang
ada adalam akal si penutur bahasa, yang diperolehnya sejak anak-anak.
Fungsi
teori bahasa adalah mengetahui system ini. System tersebut diistilahkan
dengan
competence (kemampuan) yang dikontraskan dengan performance (perbuatan
berbahasanya). Dengan demikian, Chomsky jelas menolak analisis bahasa
dibatasi
pada tataran fonologi dan morfologi yang hanya berdasarkan struktur
lahir
(surface structure). Tanpa struktur bathin (deep structure). Bahkan ia
menganggap bahwa cara seperti ini adalah titik paling lemah dalam
menganalisa
bahasa. Karena bahasa aadalah aktivitas akal.
Jadi nahwu (sintaksis) merupakan
kaidah yang berdasarkan hubungan antara struktur-dalam-bahasa dan
struktur-luar-bahasa yang menentukan makna suatu kalimat. Hubungan tersebut
dinamakan transformasi atau dalam hal disebut dengan tata bahasa transformasi
adalah proses produksi kalimat melalui perantara kaidah-kaidah transformasi,
yakni mengalihkan struktur bahasa dalam kepada struktur bahasa luar. Kemudian
struktur bahasa luar tersebut dianalisis.
3. Kreativitas
dalam berbahasa
Masalah penting lainnya yang dibahas
dalam teori Generatif-Transformasi adalah daya kreativitas dalam bahasa. Dengan
kata lain, teori ini menekankan pentingnya bahasa kreatif-salah satu sifat
dasar manusia yang bersifat kolektif. Bahasa kreatif inilah yang membedakannya
dari bahasa artifisial (buatan). Sekaligus menjadi titik perbendaan aliran
kognitif dan aliran behaviorisme.
Pengalaman berbahasa, memberikan
pengaruh yang sangat signifikan terhadap perkembangan bahasa manusia itu
sendiri-bagaimana pada akhirnya merupakan bentuk prilaku yang paling cerdas
yang dimiliki manusia. Kecerdasan linguistic merupakan kecerdasan yang
paling universal dan penting dalam kehidupan manusia.
Seorang amat berbakat bahasa
mempunyai sensitifitas yang tinggi terhadap bunyi dan fonologi bahasa.
Mereka biasanya mahir memanipulasi sintaksis (nahwu-struktur atau susunan
kalimat bahasa). Demikian pula halnya tentang semantik ( ma’ani-pemahaman
mendalam tentang makna).[23
Kemampuan kreatifitas ini terbentuk
dari pengetahuan manusia yang alami terhadap kaidah-kaidah bahasa yang
terbatas. Dari sinilah muncul penamaan teori ini dengan nama teori generative.
Sebagaimana yang telah dijelaskan.
Chomsky mengisyaratkan bahwa tujuan
berbahasa adalah agar penutur bahasa tertentu bisa mengcreate atau menciptakan
dengan daya kreasinya kalimat-kalimat baru dan memahaminya dengan benar,
meskipun sebelumnya ia tidak pernah mendengarnya.
Jadi komponen kecerdasan linguistic
yang paling penting adalah kemampuan menggunakan bahasa untuk mencapai sasaran
praktis (pragmatika). Kreatifitas berbahasa menunjukan bahwa bahasa tidak
sekedar pembelajaran daftar kalimat yang dihasilkan penutur sejatidan
mengulanginya seperti burung beo. Kebaruan kalimat yang dibuat itu menunjukan
perlawanan teori aliran behaviorisme bahwa belajarbahasa adalah pemerolehan
seperangkat kebiasaan (linguistic habits).
4. Kompetensi dan
performa
Masalah kreativitas dalam bahasa,
berpengaruh besar terhadap pemeroleh bahasa. Demikian, karena kreativitas akan
membedakan adanya kompetensi (kifayah lughawiyah-pengetahuan yang
dimiliki pemakai bahasa tentang bahasanya) dan performance (al-‘ada
al-lughawi-perbuatan berbahasa). Chomsky dalam banyak tulisannya,
menjelaskan kajian bahasa seharusnya dijadikan untuk menyingkap kompetensi ini,
dan tidak hanya melihat perbuatan berbahasa.
Linguistik bagi Chomsky adalah
terutama berkaitan dengan kompetensi yang terdiri atas dua jenis: kompetensi
pragmatic dan kompetensi gramatikal.
Kompetensi berbahasa atau (القدرة اللغوية )[adalah pengetahuan tentang
kaidah-kaidah bahasa yang dimiliki oleh penutur bahasa secara bathin.
Kompetensi menunjuk pada pengetahuan dasar seseorang tentang system, kejadian
dan fakta. Ini adalah kemampuan yang tak teramati dalam melakukan sesuatu atau
menampilkan sesuatu. Sebaliknya Performance (الاداء
اللغوى ) merupakan aplikasi dari pengetahuan tersebut dalam
memahami melalui mendengarkan (listening), berbicara (speaking), dan menulis
(writing). Ini adalah tindakan nyata, seperti berjalan, menyanyi, menari dan
berbicara. Artinya kemampuan berbahasa merupakan esensi akal yang tersembunyi
dibalik perbuatan berbahasa; sedangkan perbuatan berbahasa itu sejatinya
adalah cerminannya. Tetapi adakalanya, perbuatan bahasa menyimpang dari
pengetahuan ini, karena sebab-sebab yang muncul, seperti kelelahan, sakit,
salah ucap atau salah tulis.
Tentang bagaimana kompetensi ini
diperoleh, sebenarnya berkaitan dengan pemerolehan bahasa itu sendiri. Dalam
hal ini, menurut pandangan Chomsky, anak yang tumbuh dan besar dilingkungan
bahasa tertentu, ia mendapatkan pengetahuannya dengan fitrah alami, tanpa perlu
belajar tentang kaidah bahasa dalam bentuk teori langsung.
Dalam hal ini Chomsky berpendapat :
“… Teori linguistic utamanya berkenaan dengan pasangan ideal
pembicara-pendengar dalam suatu masyarakat bahasa yang homogeny, yang
mengetahui bahasanya secara sempurna dan tidak terpengaruh oleh kondisi secara
gramatiakl tidak sesuai, seperti keterbatasan ingatan, penyimpangan, pergantian
perhatian dan minat, dan kesalahan-kesalahan (acak atau khas) dalam
mengaplikasikan pengetahuan bahasanya dalam performansi nyata”.
Menurut Chomsky, focus teori bahasa
adalah upaya menandai kemampuan abstrak yang dimiliki pembicara, memungkinkan
pembicara menggunakan kalimat-kalimat yang secara gramatikal benar.
Karya
Tulis Chomsky
Chomsky menulis buku
Manufacturing Consent : The Political
Economy of the mass media bersama dengan Edward S. Herman . buku ini
menggunakan model propaganda sebagai kerangka kerja untuk menganalisis dan
memahami bagaimana cara kerja media US pada umumnya dan mengapa mereka
melakukan seperti itu.
3. HAROLD D. LASSWELL
Harold Dwight Lasswell
lahir pada tanggal 13 Februari 1902 dan meninggal pada tanggal 18 Desember 1978
pada umur 76 tahun. Dia adalah seorang ilmuwan politik terkemuka di Amerika
Serikat dan dan seorang pencetus teori komunikasi. Dia juga adalah anggota dari
Chicago school of sociology serta seorang profesor di Chicago school of
sociology di Yale University, Selain itu dia juga adalah Presiden Asosiasi Ilmu
Politik Amerika (APSA) dan Akademi Seni dan Sains Dunia (WAAS). Menurut sebuah
biografi yang ditulis oleh Gabriel Almond pada saat kematian Lasswell yang
diterbitkan oleh Akademi Ilmu Pengetahuan Nasional pada tahun 1987, Lasswell
termasuk dalam peringkat inovator-inovator kreatif dalam ilmu-ilmu sosial di
abad kedua puluh. Pada saat itu, Almond menegaskan bahwa beberapa orang akan
menegaskan bahwa ia adalah ilmuwan politik yang paling asli dan paling
produktif di masanya.
Selama Perang Dunia
II, Lasswell menjabat sebagai Kepala Divisi Eksperimental untuk Studi
Komunikasi waktu Perang di Perpustakaan Kongres. Ia menganalisis film
propaganda Nazi untuk mengidentifikasi mekanisme persuasi digunakan untuk
mengamankan persetujuan dan dukungan dari rakyat Jerman untuk Hitler dan
kekejaman masa perang. Selalu melihat ke depan, di akhir hidupnya, Lasswell
bereksperimen dengan pertanyaan mengenai astropolitics, konsekuensi politik dari
kolonisasi planet lain, dan “Koloni Manusia Mesin.
B. Teori Harold Lasswell
Harold D. Lasswell
sangat terkenal dengan teorinya tentang komunikasi yaitu “Who says what in which
channel to whom with what effect“. Dan berikut adalah penjelasan tentang
Teori tersebut, diantaranya :
a.
Who
Menjelaskan siapa pelaku atau pihak yang mempunyai kebutuhan
untuk berkomunikasi dan juga yang memulai suatu komunikasi. Pihak tersebut bisa
seorang individu, kelompok, organisasi, maupun suatu Negara sebagai
komunikator.
b.
Says
what
Menjelaskan apa yang akan disampaikan atau isi informasi.
Menjelaskan apa yang akan disampaikan atau isi informasi.
c.
In which channel
Menjelaskan bagai mana cara menyalurkan proses komunikasi tersebut baik secara langsung (lisan) maupun tidak langsung (melalu media).
Menjelaskan bagai mana cara menyalurkan proses komunikasi tersebut baik secara langsung (lisan) maupun tidak langsung (melalu media).
d.
To
whom
Menjelaskan kepada siapa komunikasi tersebut ditujukan atau siapa yang dapat menerimanya, bisa berupa suatu kelompok, individu, organisasi atau suatu Negara.
Menjelaskan kepada siapa komunikasi tersebut ditujukan atau siapa yang dapat menerimanya, bisa berupa suatu kelompok, individu, organisasi atau suatu Negara.
e.
With what effect
Menjelaskan bagaimana dampak atau efek yang terjadi seteleh penerima komunikasi menerima pesan dari sumber seperti perubahan sikap dan bertambahnya pengetahuan.
Menjelaskan bagaimana dampak atau efek yang terjadi seteleh penerima komunikasi menerima pesan dari sumber seperti perubahan sikap dan bertambahnya pengetahuan.
C.
Karya Tulis Harold Lasswell
Propaganda Technique in the World War (1927), Psychopathology and
Politics (1930), World Politics and Personal Insecurity (1935), Politics:Who
Gets What, When, How (1935), The Garrison State (1941) dan Power and Personality
(1948).
4.CARL IVER HOLAND
A.
Biografi Hovland
Hovland lahir di Chicago,12 Juni 1912.Memasuki universitas
Northwestern sampai tingkat master.Ia melanjutkan progam doktor pada Progam
Psikologi di Universitas Yale karena tertarik pada Clark Hull,seorang akademisi
yang dikenal beraliran behaviorisme yang mengkaji proses pembelajaran
manusia.Hovaland beruntung masuk keprogam ini karena progamPsikologi di Yale
memiliki lembaga institute of Human Relation yang merupakan sebuah lembaga yang
mampu mengangkat keberadaan fakultas psikologi di Yale menjadi penting dan
terkenal.
Kepribadian
Hovland sangat menarik.Dia seorang pendengar yang baik,pendiam,dan sedikit
berbicara,tetapi dengan kemampuan yang luar biasa.Hovland diakui sangat jenius
dan produktif.Dia dapat melakukan kegiatan yang kompleks sekaligus,seperti
mengedit naskah,berbicara melalui telepon,dan memasang slide.Pendekatan Hovland
cenderung eleklik,yakni memakai banyak pendekatan daripada hanya satu
perspektif.Ujung karier hovland adalah ketika diketahui dia menderita kanker
dan kemudian meninggal.
Carl
Hovland sebagaimana Lasswell,merupakan staf pengajar di Yale University yang
tergolong universitas elit di Amerika.Hovland cenderung ditempatakan sebagai
forerunners bagi kemunculan ilmu komunikasi bersama sama dengan Paul
F.Lazarzfeld,Kurt lewin,Norbert Wiener,dan Claude Shannon.Wlaupun terjadi
banyak perdebatan mengenai hal ini,tetapi yang penting keempat tokoh ini
dianggap berjasa lebih berkaitan dengan yang mereka kembangkan dalam kajian
komunikasi yang bercorak individu,paradigma efek jangka panjang,kuantitatif,banyak
membiayai penelitian dan metodik.
5.Wilbur Lang Scharamm
A. Biografi Scharamm
Wilbur Schramm
mempunyai nama lengkap Wilbur Lang Schramm, seorang pakar komunikasi
berparadigma positivistik dari Amerika Serikat. Beliau lahir di Marietta, yakni
sebuah kota yang terletak di batas selatan Ohio, yang diberi nama oleh penjajah
Perancis pada tanggal 5 Agustus 1907 dan meninggal di Honolulu, Hawaii pada
tanggal 27 Desember 1987. Leluhur Schramm berasal dari Schrammsburg, Jerman,
dan nama Jerman yang didapat Schramm dikarenakan kesulitan keluarganya selama
Perang Dunia I, sewaktu Schramm masih anak-anak. Ayahnya adalah seorang
pengacara di Marietta, yang membuka praktek legal yang menyedihkan.
Meraih gelar A.B. dari Universitas Marietta (1928), A.M.
dari Universitas Harvard (1930) dan Ph.D. dari Universitas Iowa (1932). Schramm
mengajar Bahasa Inggris di Iowa (1935-1943), selain itu juga mendasari
berdirinya American Prefaces sekaligus sebagai editornya. Menjadi pimpinan the
Iowa Writer’s Workshop, bekerja di firm Harcourt Brace dan membantu di federal
war information agencies. Beliau memimpin School of Journalism di Iowa (1943-1947).
Kemudian menjadi pimpinan program kajian komunikasi massa di Universitas
Illinois, Universitas Stanford dan the East-West Center, Universitas Hawaii.
Beliau merupakan seorang penulis produktif dan editor di American literature
dan Mass Communication.
B.
Teori
Schramm
Beberapa
teori yang pernah dikemukakan oleh Wilbur Schramm antara lain:
a. Teori Peluru (The Bullet Theory of Communication).
a. Teori Peluru (The Bullet Theory of Communication).
Teori
ini merupakan konsep awal sebagai efek komunikasi massa yang oleh para
teoretisi komunikasi tahun 1970-an dinamakan pula hypodemic needle
theory yang dapat diterjemahkan sebagai teori harum hipodermik. Teori
ini ditampilkan pada tahun 1950-an setelah peristiwa penyiaran kaleidoskop
stasiun radio CBS di Amerika berjudul “The Invasion from Mars”.
Pada
tahun tersebut, Schramm mengemukakan bahwa seorang komunikator dapat
menembakkan peluru komunikasi yang begitu ajaib kepada khalayak yang pasif
tidak berdaya. Namun dalam karya tulisnya yang diterbitkan pada awal tahun
1970-an, Schramm meminta kepada para peminatnya agar teori peluru komunikasi
itu dianggap tidak ada, sebab khalayak yang menjadi sasaran
media massa itu ternyata tidak pasif.
Pernyataan
Schramm tentang pencabutan teorinya itu didukung oleh Paul F. Lazarsfeld dan
Raymond Bauer. Lazarsfeld mengatakan bahwa jika khalayak diterpa peluru
komunikasi, mereka tidak jatuh terjerembab. Kadang-kadang peluru itu tidak
menembus. Ada kalanya pula efek yang timbul berlainan dengan tujuan si
penembak. Sering pula khalayak yang dijadikan sasaran senang untuk ditembak.
b. Teori Komunis Soviet (Soviet Communist
Theory).
Teori-teori
komunikasi berlangsung secara berkesinambungan, artinya suatu teori yang
digunakan sebagai landasan pemikiran dalam suatu penelitian atau dipakai
sebagai pendekatan dalam menelaah suatu fenomena. Bisa merupakan teori lama
yang ditampilkan seorang cendekiawan satu dekade sebelumnya, bahkan lebih lama
daripada itu.
Tiga
orang cendekiawan Amerika, yaitu Fred S. Siebert, Theodore Peterson, dan Wilbur
Schramm, menerbitkan sebuah buku yang berjudul Four Theories of the
Press: The Eutoritarian, Libertarian, Social Responsibility, and Soviet
Communist Concepts of What the Press Should Be and Do pada tahun 1956.
Buku tersebut mengupas empat buah sistem pers yang berlaku di berbagai negara
di dunia, yakni Authoritarian Theory (abad 15-16), Liberitarian
Theory (abad 17-18), Soviet Communist Theory (Marxist)
dan Social Responsibility Theory (abad ke-20).
Pada
awalnya, keempat teori tersebut memang teori pers. Namun, seiring dengan
perkembangan media massa yang meliputi radio siaran, televisi siaran,
film teatrikal, dan lain-lain, maka teori tersebut menjadi teori
media massa. Dengan kata lain, teori pers yang semula hanya mengenai pers
dalam arti sempit, kini menjadi pengertian pers dalam arti luas, yang jika
dikaitkan dengan kegiatannya, tidak hanya jurnalistik cetak tetapi juga
jurnalis elektronik.
Fred
S. Siebert, Theodore Peterson, dan Wilbur Schramm, merupakan tokoh pers dunia
dan teori-teori pers yang mereka ciptakan menjadi sumber rujukan para praktisi,
mahasiswa dan perguruan tinggi. Buku “Four Theories of the Press: The
Eutoritarian, Libertarian, Social Responsibility, and Soviet Communist Concepts
of What the Press Should Be and Do” dimaksudkan untuk menjelaskan
perkembangan kondisi pers dunia di masa lampau dan memasuki era pra-perang
dingin antara Barat dan Timur.
Pentingnya
kedudukan pers demi perdamaian dunia yang demokratis, PBB secara khusus
membahas masalah kemerdekaan pers di Geneva, Swiss, 23 Maret 1948. Prinsip
dasar konferensi tersebut adalah adanya pengakuan PBB terhadap kemerdekaan pers
sebagai “hak dasar manusia”. Sedangkan Pasal 19 Deklarasi Hak Asasi Manusia
menjelaskan pula bahwa setiap orang berhak dan bebas mencari, menerima dan
menyampaikan informasi dan pendapat dengan cara apapun tanpa memandang
batas-batas.
Teori
Komunis Soviet (Soviet Communist Theory) dikupas oleh Schramm dengan kacamata
Amerika yang orientasinya yang tidak lain begitu bertentangan. Dalam kupasannya
tersebut, Schramm mencoba menelusuri dari akarnya, yakni pemikiran Karl Marx
melalui pertumbuhan di zaman Lenin dan Stalin. Seperti diketahui pemikiran Marx
dipengaruhi oleh konsep dialektika dari Hegel, yang mana kedua kekuatan yang
bertentangan (tese dan antitese) mengubah perbedaannya
menjadi sintese. Pada gilirannya, sintese ini
menjadi suatu tese baru yang ditentang oleh aliran antitese baru
yang kemudian menimbulkan sintese baru. Demikian seterusnya
sepanjang sejarah.
Schramm
mengatakan bahwa sumbangan besar dari Marx adalah penjungkirbalikkan dialektika
Hegel. Jadi Marx membuat dialektikanya realistik, kebalikan dari idealistik.
Dia menyatakan bahwa kondisi hidup yang bersifat material terutama cara manusia
mengelola hidupnya dan jenis kehidupan yang ia kelola untuk menentukan idea
manusia. Dengan kata lain, ekonomi, sistem kekuatan produktif dan hubungan
produktif merupakan faktor sentral bagi kehidupan manusia, suatu fakta yang
menentukan sifat kehidupan masyarakat.
Schramm
juga berpendapat bahwa pengawasan terhadap media massa harus berpijak pada
mereka yang memiliki fasilitas, sarana percetakan, stasiun siaran, dan
lain-lain. Selama kelas kapitalis mengawasi fasilitas fisik ini, kelas buruh
tidak akan mempunyai peran pada saluran-saluran komunikasi. Kelas buruh harus
mempunyai saluran komunikasi sendiri. Demikian pula kaum buruh harus berpikir
bahwa kebebasan pers yang sebenarnya tidak ada kecuali dalam masyarakat tanpa
kelas, yang mana kelas kerja telah merebut perlengkapan komunikasi dan tidak
takut lagi akan pengawasan para pemilik borjuis.
C.
Karya
Tulis Schramm
Judul buku: The Process and Effects of Mass Communication.
Ini adalah koleksi ketiga bacaan dalam penelitian komunikasi
massa diedit oleh Profesor Schramm dan diterbitkan oleh University of Illinois
Press. Tidak seperti pendahulunya (Komunikasi dalam Masyarakat Modern, 1948;
dan Komunikasi Massa, 1949), buku ini sangat berorientasi terhadap komunikasi
massa internasional. Buku ini sangat berguna untuk dijadikan bahan tambahan
dalam sebuah penulisan. Salah satu catatan penting dari peresensi adalah pada
bagian yang paling disukainya–item Davison-George–ditulis ulang oleh penulis di
buku ini.
6. David K. Berlo
A. Biografi Berlo
Berlo
lahir tahun 1929. Ia merupakan salah
satu mahasiswa generasi pertama di program doctor komunikasi di bawah
kepemimpinan Wilbur Schramm di Illinois. Berlo dikenal juga sebagai penemu
program komunikasi di universitas Michigan yang banyak melahirkan doctor
komunikasi. Berlo merupakan penulis buku teks komunikasi yang terkenal, the process of communication (1960).
Buku ini mengajarkan model komunikasi SMCR; Source-Message-Channel-Receiver.
Berlo mendasarkan rumusannya pada model komunikasi yang dirumuskan Shannon,
yaitu teori informasi dengan model matematikanya. Berlo menjadi mahasiswa
program doctor yang dipimpin Wilbur Schramm di Illinois tahun 1953. Sebelumnya
berlo adalah mahasiswa jurusan Matematika di Universitas Missouri. Berlo kelak
menjadi pimpinan fakultas komunikasi yang dibuka di Universitas Michigan.
B. Teori
Berlo
Teori/model
komunikasi Berlo terkenal dengan singkatan SMCR S ( source=sumber),M (Message=pesan),C
(Channel= Saluran) dan R (Receiver = Penerima)
C . Karya
Tulis
- The process of communication => model SMCR (source Message Channel Receiver).
- Organizational communication: A first-Line Managerial Communication System.
- Relationship between supervisor-subordinate communication practises & employee turnover, attendance, and performance .
An analysis of the communication structure of the office of civil defence.
7. Juergen Habermas
A. Biografi
Habermas
Jurgen Habermas lahir pada 18 Juni
1929 di Dusseldorf Jerman. Pengalaman pahitnya sewaktu remaja yang ditandai
dengan dua peristiwa besar Perang Dunia II dan hidup di bawah tekanan rezim
nasional-sosialis Adolf Hitler, mengantarkannya untuk mengintrodusisasi
pentingnya demokrasi dalam pemikiran politiknya (Santoso, 2003: 219).
Awal pendidikannya dimulai dengan
mempelajari filsafat di Universitas Gottingen dan Bonn dan mulai bergabung ke
dalam Institute Fur Sozialforschung pada tahun 1956, yaitu lima tahun setelah
Institut itu didirikan kembali di bawah kepemimpinan Adorno. Waktu itu ia
berusia 27 tahun dan mengawali karier akademisnya sebagai asisten Theodor
Adorno (seorang filsuf Jerman terkemuka di Institute for Social Research)
antara tahun 1958-1959. Gelar Ph.D, didapatkannya setelah berhasil
menyelesaikan dan mempertahankan disertasinya yang berjudul Das Absolut und
die Geschichte (Yang Absolut dan Sejarah) yang kemudian diterbitkan menjadi
buku pada tahun 1954 dan berisi tentang pertentangan antara yang Mutlak dan
Sejarah dalam pemikiran Schelling (Santoso, 2003: 219).
Habermas melibatkan diri dalam kesibukan-kesibukan
Institut, ia mempersiapkan sebuah Habilitationsschrift yang berjudul Strukturwandel
der Oeffentlichkeit (Perubahan dalam Struktur Pendapat Umum, 1962), dan
menjadi salah satu karya yang termasyhur diantara karya-karya awalnya sebagai
anggota Institut. Habilitation itu dilaksanakan di Mainz pada tahun
1961, sementara pada tahun itu juga memberikan kuliah di Universitas Heidelberg
sampai pada tahun 1964, dan setelah mengakhiri tugas mengajarnya, ia kembali ke
Universitas Frankfurt dan menggantikan kedudukan Horkheimer dalam mengajar
sosiologi dan filsafat (Santoso, 2003: 220).
B.
Teori
Habermas
Teori
Kritis
Sebagaimana telah dirumuskan kembali
oleh Habermas, Teori Kritis bukanlah suatu teori ‘ilmiah’ sebagaimana dikenal
secara luas di kenal di kalangan publik akademis dalam masyarakat kita.
Habermas melukiskan Teori Kritis sebagai suatu metodologi yang berdiri di dalam
ketegangan dialektis antara filsafat dan ilmu pengetahuan (sosiologi). Dalam
ketegangan itulah dimaksudkan bahwa Teori Kritis tidak berhenti pada fakta
obyektif seperti dianut teori-teori positivis. Teori Kritis hendak menembus
realitas sebagai fakta sosiologis, untuk menemukan kondisi-kondisi yang
bersifat transendental yang melampaui data empiris. Dengan kutub ilmu
pengetahuan dimaksudkan bahwa Teori Kritis juga bersifat historis dan tidak
meninggalkan data yang diberikan oleh pengalaman kontekstual. Degan demikian
Teori Kritis tidak hendak jatuh pada metafisika yang melayang-layang. Teori
kritis merupakan dialektika antara pengetahuan yang bersifat transedental dan
yang bersifat empiris.
C.
Karya
Tulis Habermas
- The Structural Transformation of the Public Sphere: an Inquiry into a Category of Bourgeois Society (1962) diterjemahkan oleh Thomas Burger bersama dengan Frederick Lawrence, Cambridge, Polity Press, 1989;
- Theorie
und Praxis / Theory and Practice (1963), diterjemahkan oleh
John Viertel, Boston, Beacon Press, 1973;
- Erkenntnis und Interesse / Knowledge and Human Interest, (1968), diterjemahkan oleh Jeremy J. Shapiro, Boston, Beacon Press, 1971;
- Toward a Rational Society : Student Protest, Science and Politics (1968-9), diterjemahkan oleh Jeremy J. Shapiro, Boston, Beacon Press, 1970;
- On the Logic of the Social Sciences (1970), diterjemahkan oleh Shierry W. Nicholsen dan Jerry Stark, Cambridge,Mass, MIT Press, 1988;
- Legitimation Crisis (1973), diterjemahkan oleh Thomas McCarthy, Boston, Beacon Press, 1975;
- Communication and thr Evolution of Society (1976), diterjemahkan oleh Thomas McCarthy, London, Heinemann, 1979;
- Theorie des Kommunikativen Handelns /The Theory of Communication Action. Volume 1 Reason and Rationalization on Society (1981), diterjemahkan oleh Thomas McCarthy, Boston, Beacon Press, 1984;
- Theorie des Kommunikativen Handelns / The Theory of Communication Action. Volume 2 Lifeworld and System: a Ctitique of Functionalist Reason (1981), diterjemahkan oleh Thomas McCarthy, B: aoston, Beacon Press, 1987;
- Der Philosophische Diskurs der Moderne / The Philosophical Discourse of Modernity (1985), diterjemahkan oleh Frederick Lawrence, Cambridge, Polite Press, 1987
8. Claude E. Shannon
A. Biografi
Shannon
Claude
Elwood Shannon dilahirkan di Petoskey, Michigan, pada hari Minggu, April 30,
1916. Bapaknya, Claude Sr. ( 1862-1934), yang keturunan New Jersey adalah
seorang pelaku bisnis dan Hakim. Ibunya, Mabel Wolf Shannon ( 1880-1945), putri
dari imigran Jerman, adalah seorang guru bahasa dan selama beberapa tahun
menjadi Kepala Sekolah Menengah Gaylord, di Gaylord, Michigan.
Enam
belas tahun pertama hidup Shannon dihabiskan di Gaylord, mengikuti Sekolah
Umum, lulus dari Sekolah Menengah Gaylord tahun 1932. Sebagai anak laki-laki,
Shannon menunjukkan suatu kecenderungan ke arah hal-hal mekanik. Mata pelajaran
terbaiknya adalah ilmu pengetahuan dan matematika, dan di rumah ia membuat alat
seperti model pesawat, model perahu dikendalikan melalui isyarat radio dan telegraf
untuk rumah temannya yang berjarak setengah mil. Pada tahun 1932 ia masuk
Universitas Michigan, mengikuti saudarinya Catherine, yang baru saja menerima
ijazah guru matematika. Saat menjadi senior, ia dipilih sebagai anggota Phi Kappa
Phi dan anggota Sigma Xi. Tahun 1936 ia memperoleh derajat Sajana Muda Teknik Elektro
dan Sajana Muda Matematika. Gelar rangkap ini menunjukkan minatnya akan
rancangbangun dan matematika yang dilanjutkan selama kariernya. Pada tahun 1936
ia menerima posisi asisten riset di Departemen Teknik Elektro di Massachusetts
Institut of Technology. Posisi ini mengijinkan dia untuk melanjutkan studinya
ke jenjang yang lebih tinggi sambil bekerja paruh waktu pada departemen itu. Ketertarikannya
juga pada rangkaian rumit relay yang dihubungkan dengan penganalisis diferensial
yang mengawasi operasi dan melibatkan lebih dari seratus relay. Saat
mempelajari dan memperbaiki rangkaian ini, Shannon menjadi tertarik akan teori
dan perancangan relay dan rangkaian pemindah.
B.
Teori Shannon
-Teori Informasi atau Matematis
Salah satu teori komunikasi klasik yang
sangat mempengaruhi teori-teori komunikasi selanjutnya adalah teori informasi
atau teori matematis. Teori ini merupakan bentuk penjabaran dari karya Claude
Shannon dan Warren Weaver (1949, Weaver. 1949 b), Mathematical Theory of Communication.
Teori ini melihat komunikasi sebagai fenomena mekanistis, matematis, dan informatif: komunikasi sebagai transmisi pesan dan bagaimana transmitter menggunakan saluran dan media komunikasi. Ini merupakan salah satu contoh gamblang dari mazhab proses yang mana melihat kode sebagai sarana untuk mengonstruksi pesan dan menerjemahkannya (encoding dan decoding). Titik perhatiannya terletak pada akurasi dan efisiensi proses. Proses yang dimaksud adalah komunikasi seorang pribadi yang bagaimana ia mempengaruhi tingkah laku atau state of mind pribadi yang lain. Jika efek yang ditimbulkan tidak sesuai dengan apa yang diharapkan, maka mazhab ini cenderung berbicara tentang kegagalan komunikasi. Ia melihat ke tahap-tahap dalam komunikasi tersebut untuk mengetahui di mana letak kegagalannya. Selain itu, mazhab proses juga cenderung mempergunakan ilmu-ilmu sosial, terutama psikologi dan sosiologi, dan cenderung memusatkan dirinya pada tindakan komunikasi.
Teori ini melihat komunikasi sebagai fenomena mekanistis, matematis, dan informatif: komunikasi sebagai transmisi pesan dan bagaimana transmitter menggunakan saluran dan media komunikasi. Ini merupakan salah satu contoh gamblang dari mazhab proses yang mana melihat kode sebagai sarana untuk mengonstruksi pesan dan menerjemahkannya (encoding dan decoding). Titik perhatiannya terletak pada akurasi dan efisiensi proses. Proses yang dimaksud adalah komunikasi seorang pribadi yang bagaimana ia mempengaruhi tingkah laku atau state of mind pribadi yang lain. Jika efek yang ditimbulkan tidak sesuai dengan apa yang diharapkan, maka mazhab ini cenderung berbicara tentang kegagalan komunikasi. Ia melihat ke tahap-tahap dalam komunikasi tersebut untuk mengetahui di mana letak kegagalannya. Selain itu, mazhab proses juga cenderung mempergunakan ilmu-ilmu sosial, terutama psikologi dan sosiologi, dan cenderung memusatkan dirinya pada tindakan komunikasi.
Karya Shannon dan Weaver ini kemudian
banyak berkembang setelah Perang Dunia II di Bell Telephone Laboratories di
Amerika Serikat mengingat Shannon sendiri adalah insiyiur di sana yang
berkepentingan atas penyampaian pesan yang cermat melalui telepon. Kemudian
Weaver mengembangkan konsep Shannon ini untuk diterapkan pada semua bentuk
komunikasi. Titik kajian utamanya adalah bagaimana menentukan cara di mana
saluran (channel) komunikasi digunakan secara sangat efisien. Menurut mereka,
saluran utama dalam komunikasi yang dimaksud adalah kabel telepon dan gelombang
radio.
Latar belakang keahlian teknik dan
matematik Shannon dan Weaver ini tampak dalam penekanan mereka. Misalnya, dalam
suatu sistem telepon, faktor yang terpenting dalam keberhasilan komunikasi adalah
bukan pada pesan atau makna yang disampaikan-seperti pada mazhab semiotika,
tetapi lebih pada berapa jumlah sinyal yang diterima dam proses transmisi.
Penjelasan Teori Informasi Secara Epistemologi, Ontologi, dan Aksiologi
Teori informasi ini menitikberatkan titik perhatiannya pada sejumlah sinyal yang lewat melalui saluran atau media dalam proses komunikasi. Ini sangat berguna pada pengaplikasian sistem elektrik dewasa ini yang mendesain transmitter, receiver, dan code untuk memudahkan efisiensi informasi.
Penjelasan Teori Informasi Secara Epistemologi, Ontologi, dan Aksiologi
Teori informasi ini menitikberatkan titik perhatiannya pada sejumlah sinyal yang lewat melalui saluran atau media dalam proses komunikasi. Ini sangat berguna pada pengaplikasian sistem elektrik dewasa ini yang mendesain transmitter, receiver, dan code untuk memudahkan efisiensi informasi.
C.
Karya
Tulis Shannon
Bukunya yang berjudul The Computer from Pascal to Von Neumann’,
menyebutnya “one of the most important master’s theses ever
written…a landmark in that it helped to change digital circuit design from an
art to a science."
9. Muhammad Alwi Dahlan
BIOGRAFI
Muhammad Alwi Dahlan adalah seorang tokoh politik
Indonesia. Dia menjabat Menteri Penerangan dalam Kabinet Pembangunan VII
yang dipimpin oleh Presiden Soeharto (Maret - 21 Mei 1998). Dia pernah
menjabat sebagai Asisten Menteri Negara bidang Keserasian Kependudukan,
Lingkungan, dan Kependudukan di Kementerian Lingkungan Hidup (1979-1993)
serta Kepala BP-7 (Badan Pembinaan Pendidikan Pelaksanaan Pedoman
Penghayatan dan Pengamalan Pancasila) (1993-1998). Pada 5 Juli 1997, dia
diangkat menjadi Guru Besar dalam bidang ilmu komunikasi di Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia (UI).
Tahun 1961 Alwi menyelesaikan studi S1-nya di American University, Washington DC, US, dan mendapat gelar BA. Setelah itu ia melanjutkan studinya ke Universitas Stanford dan mendapat gelar Master of Arts (MA) dalam bidang ilmu komunikasi tahun 1962. Kemudian pada tahun 1967, Alwi mendapat gelar doktor (PhD) dalam ilmu komunikasi dari Universitas Illinois, kota Urbana, AS.
Alwi memiliki kegemaran menulis dan mengarang. Pada usia 16 tahun dia sudah aktif mengarang, seperti cerita pendek di mingguan nasional Mimbar Indonesia dan majalah Kisah terbitan Jakarta. Ketika SMP, Alwi menerbitkan koran sekolahnya. Dia menjadi koresponden untuk majalah Siasat dan mengisi rubrik kebudayaan Gelanggang di majalah tersebut. Sewaktu SMA, dia menulis rangkaian reportase perjalanan kaki menjelajahi pedalaman Alas, Gayo, dan Aceh untuk Siasat. Dia juga aktif menulis dalam Zenith, sebuah majalah kebudayaan yang diterbitkan oleh Mimbar Indonesia. Di Universitas Indonesia, Alwi mengembangkan kegiatan penulisannya dalam penerbitan kampus. Ia menjadi pemimpin redaksi Majalah Forum dan Mahasiswa. Tahun 1958, dia ikut mendirikan Ikatan Pers Mahasiswa Indonesia (IPMI).
Tak hanya pandai mengarang cerita fiksi, Alwi mampu menulis sejumlah skenario. Selama periode 1953-1958, ada sembilan skenario film yang ditulis. Salah satunya Tiga Dara. Kemudian film Harimau Tjampa, yang skenarionya berdasarkan cerita asli Usmar Ismail memperoleh penghargaan Festival Film Indonesia I sebagai skenario film terbaik. Dia memperoleh penghargaan dari Festival Film Asia Pasifik untuk balada pengiring yang memakai teknik randai Minang untuk film Tamu Agung. Kemudian, buku cerita anak-anak karangan Alwi Pistol si Mancil juga pernah dibuat film berjudul Jenderal Kancil.
Riset dan analisis oleh Vizcardine Audinovic
Tahun 1961 Alwi menyelesaikan studi S1-nya di American University, Washington DC, US, dan mendapat gelar BA. Setelah itu ia melanjutkan studinya ke Universitas Stanford dan mendapat gelar Master of Arts (MA) dalam bidang ilmu komunikasi tahun 1962. Kemudian pada tahun 1967, Alwi mendapat gelar doktor (PhD) dalam ilmu komunikasi dari Universitas Illinois, kota Urbana, AS.
Alwi memiliki kegemaran menulis dan mengarang. Pada usia 16 tahun dia sudah aktif mengarang, seperti cerita pendek di mingguan nasional Mimbar Indonesia dan majalah Kisah terbitan Jakarta. Ketika SMP, Alwi menerbitkan koran sekolahnya. Dia menjadi koresponden untuk majalah Siasat dan mengisi rubrik kebudayaan Gelanggang di majalah tersebut. Sewaktu SMA, dia menulis rangkaian reportase perjalanan kaki menjelajahi pedalaman Alas, Gayo, dan Aceh untuk Siasat. Dia juga aktif menulis dalam Zenith, sebuah majalah kebudayaan yang diterbitkan oleh Mimbar Indonesia. Di Universitas Indonesia, Alwi mengembangkan kegiatan penulisannya dalam penerbitan kampus. Ia menjadi pemimpin redaksi Majalah Forum dan Mahasiswa. Tahun 1958, dia ikut mendirikan Ikatan Pers Mahasiswa Indonesia (IPMI).
Tak hanya pandai mengarang cerita fiksi, Alwi mampu menulis sejumlah skenario. Selama periode 1953-1958, ada sembilan skenario film yang ditulis. Salah satunya Tiga Dara. Kemudian film Harimau Tjampa, yang skenarionya berdasarkan cerita asli Usmar Ismail memperoleh penghargaan Festival Film Indonesia I sebagai skenario film terbaik. Dia memperoleh penghargaan dari Festival Film Asia Pasifik untuk balada pengiring yang memakai teknik randai Minang untuk film Tamu Agung. Kemudian, buku cerita anak-anak karangan Alwi Pistol si Mancil juga pernah dibuat film berjudul Jenderal Kancil.
Riset dan analisis oleh Vizcardine Audinovic
PENDIDIKAN
- SR Adabiah I Padang (1946)
- SMP Bukittinggi (1950)
- SMA Bukittinggi (1953)
- Fakultas Ekonomi UI Jakarta (Tidak selesai, 1958)
- Universitas Stanford, California, AS (meraih gelar M.A, 1962)
- Universitas Illionis, AS (meraih doktor, 1967
KARIR
- Menteri Penerangan
- Asisten Menteri Negara bidang Keserasian Kependudukan, Lingkungan, dan Kependudukan
- Guru Besar dalam bidang ilmu komunikasi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia (UI)
- Penulis Skenario
PENGHARGAAN
- Skenario Film Terbaik dalam Festival Film Indonesia I
10. Abdul Muis
Abdul
Muis lahir pada tanggal 3 Juni 1883 di Bukittinggi, Sumatra Barat. Ia
adalah putra Datuk Tumenggung Lareh, Sungai Puar. Seperti halnya orang
Minangkabau, Abdul Muis juga memiliki jiwa petualang yang tinggi. Sejak
masih remaja, ia sudah berani meninggalkan kampung halamannya, merantau
ke Puiau Jawa. Bahkan, masa tuanya pun dihabiskannya di perantauan.
Sastrawan
yang sekaligus juga pejuang dan wartawan ini meninggal dunia di Bandung
pada tanggal 17 Juni 1959 dalam usia 76 tahun. Jenazahnya dimakamkan di
Taman Pahlawan Cikutra, Bandung. Ia meninggalkan 2 orang istri dan 13
orang anak.
Abdul
Muis lulusan Sekolah Eropa Rendah (Eur. Lagere School atau yang sering
disingkat ELS). Ia pernah belajar di Stovia selama tiga setengah tahun
(1900--1902). Namun, karena sakit, ia keluar dan sekolah kedokteran
tersebut. Pada tahun 1917 ia pergi ke negeri Belanda untuk menambah
pengetahuannya.
Meskipun hanya berijazah ujian amtenar kecil (klein ambtenaars examen)
dan ELS, Abdul Muis memiliki kemampuan berbahasa Belanda yang baik.
Bahkan, menurut orang Belanda, kemampuan Abdul Muis dalam berbahasa
Belanda dianggap melebihi rata-rata orang Belanda. Oleh karena itu,
begitu keluar dan Stovia, ia diangkat oleh Mr. Abendanon, Directeur
Onderwzjs (Direktur Pendidikan) di Departement van Onderwijs en
Eredienst yang membawahi Stovia, menjadi kierk. Padahal, pada waktu itu belum ada orang prihumi yang diangkat sebagai kierk. Abdul Muis merupakan orang indonesia pertama yang dapat menjadi kierk.
Pengangkatan Abdul Muis menjadi kierk tidak
disukai oleh pegawai Belanda lainnya. Hal itu membuat Abdul Muis tidak
betah bekerja. Akhirnya, pada tahun 1905 ia keluar dan departemen itu
setelah bekerja selama Iebih kurang dua setengah tahun (1903-- 1905).
Sekeluarnya dan Department van Onderwzjs en Eredienst sebagai kierk hingga
akhir hayatnya, Abdul Muis sempat menekuni berbagai macam pekerjaan,
baik di bidang sastra, jurnalistik. maupun politik. Bidang pekerjaan
yang pertama kali diterjuninya adalah bidang jurnalistik. Pada tahun
1905 ia juga diterima sebagai anggota dewan redaksi majalah Bintang Hindia, sebuah majalah yang banyak memuat berita politik di Bandung. Karena pada tahun 1907 Bintang Hindia dilarang
terbit, Abdul Muis pindah kerja ke Bandungsche Afdeelingsbank sebagai
mantri lumbung. Pekerjaan itu ditekuninya selama lima tahun, sebelum ia
diberhentikan dengan hormat (karena cekcok dengan controleur) pada tahun
1912. Ia kemudian bekerja di De Prianger Bode, sebuah surat kabar (harian) Belanda yang terbit di Bandung, sebagal korektor, Ddalam tempo tiga bulan, ia diangkat menjadihoofdcorrector (korektor kepala) karena mempunyai kemampuan berbahasa Belandanya yang baik.
Pada tahun 1913 Abdul Muis keluar dan De Prianger Bode. Sebagai
pemuda yang berjiwa patriot, ia mulai tertarik pada dunia politik dan
masuk ke Serikat Islam (SI). Bersama dengan mendiang A.H.
Wignyadisastra, Ia dipercaya memimpin Kaum Muda, salah satu
surat kabar milik SI yang terbit di Bandung. Pada tahun itu, atas
imsiatif dr. Cipto Mangunkusumo, Abdul Muis (bersama dengan
Wignyadisastra dan Suwardi Suryaningrat) membentuk Komite Bumi Putra
untuk mengadakan perlawanan terhadap maksud Belanda mengadakan perayaan
besar-besaran seratus tahun kemerdekaannya serta untuk mendesak Ratu
Belanda agar memberikan kebebasan bagi bangsa Indonesia dalam berpolitik
dan bernegara.
Pada zaman
pergerakan, bersama dengan H.O.S. Cokroaminoto, Abdul Muis berjuang
memimpin Serikat Islam. Pada tahun 1917 ia dipercaya sebagai utusan SI
pergi ke negeri Belanda untuk mempropagandakan Comite Indie Weerbaar.
Pada tahun 1918, sekembalinya dan negeri Belanda, Abdul Muis pindah bekerja ke harian Neracakarena Kaum Muda telah diambil alih oleh Politiek Economische Bond, sebuah gerakan politik Belanda di bawah pimpinan Residen Engelenberg. Pada tahun 1918 Abdul Muis menjadi anggota dewan Volksraad (Dewan Rakyat Jajahan).
Pada tahun 1918, sekembalinya dan negeri Belanda, Abdul Muis pindah bekerja ke harian Neracakarena Kaum Muda telah diambil alih oleh Politiek Economische Bond, sebuah gerakan politik Belanda di bawah pimpinan Residen Engelenberg. Pada tahun 1918 Abdul Muis menjadi anggota dewan Volksraad (Dewan Rakyat Jajahan).
Perjuangan
Abdul Muis ternyata tidak hanya berhenti sampal di situ. Bersama dengan
tokoh lainnya, Abdul Muis terus berjuang menentang penjajah Belanda.
Pada tahun 1922, misalnya, ia memimpin anak buahnya yang tergabung
dalain PPPB (Perkumpulan Pegawal Pegadaian Bumiputra) mengadakan
pemogokan di Yogyakarta. Setahun kemudian, ia memimpin sebuah gerakan
memprotes aturanlandrentestelsel (Undang-Undang Pengawasan Tanah) yang akan diberlakukan oleh Belanda di Sumatra Barat. Protes tersebut berhasil. Landrentestelsel pun urung diberlakukan. Di samping itu, ia juga masih tetap memimpin harian Utusan Melayu dan Perobahan. Melalui kedua surat kabar tersebut ia terus melancarkan serangannya.
Oleh
pemerintah Belanda tindakan Abdul Muis tersebut dianggap dapat
mengganggu ketenteraman dan ketertiban masyarakat. OIeh karena itu, pada
tahun 1926 Abdul Muis ‘dikeluarkan’ dari daerah luar Jawa dan Madura.
Akibatnya, selama Iebih kurang tiga belas tahun (1926--1939) Ia tidak
boleh meninggalkan Pulau Jawa.
Meskipun tidak boleh meninggalkan Pulau Jawa, tidak berarti Abdul Muis berhenti berjuang. Ia kemudian mendirikan harian Kaum Kita di Bandung dan Mimbar Rakyat di Garut. Namun, kedua surat kabar tersebut tidak lama hidupnya.
Di
samping berkecimpung di dunia pers, Abdul Muis tetap aktif di dunia
politik. Pada tahun 1926 Serikat Islam imencalonkannya (dan terpilih)
menjadi anggota Regentschapsraad Garut. Enam tahun kemudian (1932) ia
diangkat menjadi Regentschapsraad Gontroleur. Jabatan itu diembannya
hingga Jepang masuk ke Indonesia (1942).
Di
masa pendudukan Jepang, Abdul Muis masih kuat bekerja meskipun penyakit
darah tinggi mulai meñggerogotinya. Ia, oleh Jepang, diangkat sebgai
pegawai sociale zaken ‘hal-hal kemasyarakatan’. Karena sudah
merasa tua, pada tahun 1944 Abdul Muis berhenti bekerja. Namun, pada
zaman pascaprokiamasi, ia aktif kembali dan ikut bergabung dalam Majelis
Persatuan Perjuangan Priangan. Bahkan, ia pernah pula diminta untuk
menjadi anggota DPA.
Bakat kepengarangan Abdul Muis sebenarnya baru terlihat setelah Ia bekerja di dunia penerbitan, terutama di harian Kaum Muda yang
dipimpinnya. Dengan menggunakan inisial nama A.M., ia menulis hanyak
hal. Salah satu di antananya adalah roman sejarahnya, Surapati. Sebelum diterbitkan sebagai buku, roman tersebut dimuat sebagal feui/.leton ‘cerita bersambung’ di harian Kaum Muda.
Sebagai
sastrawan, Abdul Muis kurang produktif. Ia menghasilkan empat buah
novel/roman dan beberapa karya terjemahan. Namun, dari karyanya yang
sedikit itu, Abdul Muis tercatat indah dalam sejarah sastra Indonesia.
Karya besarnya, Salah Asuhan, dianggap sebagal corak baru
penulisan prosa pada saat itu. Jika pada saat itu sebagian besar
pengarang selalu menyajikan tema lama: pertentangan kaum tua dengan kaum
muda, kawin paksa, dan adat istiadat, Salah Asuhanmenampilkan masalah konflik pribadi: dendam, cinta, dan cita-cita.
1. Tom Sawyer Anak Amerika (terjemahan karya Mark Twain, Amerika), Jakarta:Balai Pustaka, 1928
2. Sebatang Kara (terjemahan karya Hector Malot, Prancis), Cetakan 2, Jakarta:Balai Pustaka, 1949
3. Hikavat Bachtiar (saduran cerita lama), Bandung:Kolff, 1950
4. Hendak Berbalai, Bandung:KoIff, 1951
5. Kita dan Demokrasi, Bandung:Kolff, 1951
6. Robert Anak Surapati, Jakarta:Balai Pustaka, 1953
7. Hikayat Mordechai: Pemimpin Yahudi, Bandung:Kolff. 1956
8. Kurnia, Bandung:Masa Baru, 1958
9. Pertemuan Djodoh (Cetakan 4), Jakarta:Nusantana, 1961
10. Surapati. Jakarta:Balai Pustaka, 1965
11. Salah Asuhan, Jakarta:Balai Pustaka, 1967
12. Cut Nyak Din: Riwayat Hithip Seorang Putri Aceh (terjemahan karya Lulofs, M.H. Szekely), Jakarta:Chailan Sjamsoe, t.t.
13. Don Kisot (terjemahan karya Cervantes, Spanyol)
14. Pangeran Kornel (terjemahan karya Memed Sastrahadiprawira, Sunda)
15. Daman Brandal Sekolah Gudang, Jakarta:Noordhoff, t.t.
2. Sebatang Kara (terjemahan karya Hector Malot, Prancis), Cetakan 2, Jakarta:Balai Pustaka, 1949
3. Hikavat Bachtiar (saduran cerita lama), Bandung:Kolff, 1950
4. Hendak Berbalai, Bandung:KoIff, 1951
5. Kita dan Demokrasi, Bandung:Kolff, 1951
6. Robert Anak Surapati, Jakarta:Balai Pustaka, 1953
7. Hikayat Mordechai: Pemimpin Yahudi, Bandung:Kolff. 1956
8. Kurnia, Bandung:Masa Baru, 1958
9. Pertemuan Djodoh (Cetakan 4), Jakarta:Nusantana, 1961
10. Surapati. Jakarta:Balai Pustaka, 1965
11. Salah Asuhan, Jakarta:Balai Pustaka, 1967
12. Cut Nyak Din: Riwayat Hithip Seorang Putri Aceh (terjemahan karya Lulofs, M.H. Szekely), Jakarta:Chailan Sjamsoe, t.t.
13. Don Kisot (terjemahan karya Cervantes, Spanyol)
14. Pangeran Kornel (terjemahan karya Memed Sastrahadiprawira, Sunda)
15. Daman Brandal Sekolah Gudang, Jakarta:Noordhoff, t.t.